BETTER LATE THAN NEVER
TUGAS RESUME 2
PELATIHAN BELAJAR MENULIS GEL 16
BETTER LATE THAN NEVER
Nama : Min Hermina,
M.Pd
Hari/Tanggal : Rabu, 7 Oktober
2020
Waktu : 19.00-21.00 WIB
Host : Wijaya
Kusumah (Om Jay)
Moderator : Sri Sugiastuti
Narasumber : Mukminin
Tema : Sharing
tentang menulis buku dan menerbitkannya
Om Jay membuka acara dilanjukan dengan moderator yakni Ibu Sri Sugiastuti yang akrab dipanggil dengan Bu Kanjeng. Ia memperkenalkan narasumber yakni Bapak Mukminin, seorang guru dari Lamongan yang tetap semangat menulis buku pada usia yang tidak muda. Untuk mengenal lebih dekat dengan Bapak yang akrab disapa dengan Cak Inin, bisa dilihat di sini. https://cakinin.blogspot.com/2020/10/curiculum-vitae.html
Cak Inin narasumber hari kedua
Tidak semua orang
memiliki keterampilan menulis. Namun, bukan berarti harus menyerah kalah.
Apalagi dengan alasan klasik faktor U (usia). Kepiawaian menuangkan ide melalui
tulisan tentu tidak datang dengan ujug-ujug, melainkan itu adalah buah dari
latihan menulis setiap hari. Usia boleh tua, tapi semangat jangan kalah sama
yang muda. Cak Inin sosok guru yang menginspirasi semua orang karena ia mampu
membuktikan bahwa usia tidak bisa menghalangi seseorang untuk berkarya. Usia
tua bukan berarti berleha-leha, melainkan harus tetap produktif agar kekuatan
pikiran semakin tajam karena terus menerus diasah.
Hal ini dialami
oleh Cak Inin. Meski sudah memasuki usia yang boleh dikata tidak muda lagi, ia
tetap semangat menulis dan melahirkan buku baik solo maupun antologi. Api semangatnya
berkobar setelah ia diberi suntikan motivasi oleh Ibu Emi Sudarwati pemenang
Gupres Inobel nasional 2016. Meski dahulu ibu Emi ini muridnya, ia tidak merasa
malu untuk berguru padanya. Melalui pelatihan menulis yang diselenggarakan oleh
PBG Bojonegoro, Cak Inin berhasil melahirkan sebuah buku antologi yang berjudul
PBG MEMBAHANA. Selain itu cak Inin juga berhasil menelurkan buku lain bersama
dengan Penulis andal lainnya yang mengantarkan pada dimuatnya profil beliau di
koran Jawa Pos Radar Lamongan. Selain itu ia mampu menggerakkan literasi di
sekolahnya dengan membuktikan Kepala Sekolah, Guru dan Siswa bersatu padu
menulis hingga terbit buku antologi berjudul Cerita Sang Guru. Selain itu, ia menulis buku tunggalnya yang berjudul Jurus Jitu menjadi Penulis Handal Bersama Pakar.
Ternyata selain
mempunyai kemampuan di bidang menulis, Cak Inin juga telah melebarkan sayapnya
dengan menjawab tantangan untuk mendirikan dan menerbitkan buku di
percetakannya sendiri. Setelah melalui proses yang tidak mudah, akhirnya Cak
Inin berhasil menerbitkan buku beberapa temannya yang datang dari berbagai
daerah di percetakannya yang diberi nama Kamila Press.
Keberhasilan seorang Cak Inin tentu tidak digapai dengan mudah, ternyata ia memiliki kekuatan dalam dirinya ketika hendak menulis dan menerbitkan buku. Inilah kunci rahasia sukses yang dimiliki oleh Cak Inin :
1.
Niat
dan tekad
Suatu
pekerjaan jika tidak diawali dengan niat yang kuat, tentu tidak akan berhasil.
Menulis adalah bagian dari ibadah. Melalui tulisan kita bisa menebarkan
kebaikan. Begitu pula jika tidak mempunyai tekad yang kuat tentu semua
cita-cita atau keinginan mempunyai buku tak akan tercapai.
2.
Mencari
Mentor
Jika
kita menyadari bahwa diri ini tidak mampu, maka jangan sungkan untuk meminta
bantuan atau bimbingan pada yang lain. Buang jauh rasa malu dan gengsi untuk
menimba ilmu, terlebih dari orang yang lebih muda. Bergaullah dengan komunitas
yang dapat mendorong kita untuk lebih maju.
3.
ATM
(Amati, Tiru, Manut )
Sebagai
Penulis tentu harus rajin juga membaca. Berbagai genre tulisan banyak tersaji
di blog. Kita harus pandai mengamati gaya tulisan seseorang dan setelah itu
bisa dipraktikkan melalui tulisan kita sendiri. Kemudian tiru bagaimana seorang
mentor bisa berhasil membuahkan tulisan. Lalu modifikasi sendiri, tema boleh
sama namun isi tulisan tentu berbeda gaya penulisannya. Sebagai penulis pemula,
tentu harus manut jika diberi saran oleh mentor. Bagaimanapun tentu dia sudah memiliki
pengalaman dan jam terbang tinggi dalam dunia kepenulisan, sehingga ia
mengetahui seluk beluk tentang teknik menulis yang baik.
4.
Istiqomah
Sebagai
penulis pemula, jangan lupakan konsistensi, karena ini adalah kunci utama untuk
meraih keberhasilan. Jaga komitmen untuk tetap setia menulis setiap hari,
apapun itu dan seberapa panjang tulisan tidak masalah yang penting 3T yaitu tulis,tulis
dan tulis. Sebaiknya tetapkan waktu atau jadwal rutin agar selalu terjaga mood.
Atau bisa juga memilih waktu yang fleksibel di kala senggang sempatkan waktu
untuk menulis. Jadi, tak ada alasan untuk tidak menulis.
Itulah intisari bahasan hari kedua tentang pengalaman
Cak Inin dalam menulis buku dan menerbitkannya ketika beliau memasuki usia yang
tak lagi muda. Sungguh, pengalaman yang sangat bermanfaat dan menginspirasi
bagi kaum muda yang belum tersentuh hatinya untuk menulis. Cak Inin sangat
produktif menghasilkan karya berupa buku yang patut dicontoh oleh generasi
muda.
Dalam sesi tanya jawab, beliau melayani setiap
pertanyaan peserta dengan baik dan sabar. Banyak keingintahuan peserta tentang
dunia kepenulisan. Mulai dari bagaimana memotivasi diri untuk tetap konsisten
menulis, sampai dengan estimasi biaya yang harus dikeluarkan jika ingin
menerbitkan buku. Semua dikupas tuntas dengan cukup bernas oleh Cak Inin yang
memiliki seabreg kegiatan lain selain mengajar, yakni menulis buku, mempunyai
usaha penerbitan dan usaha perjalanan haji dan umroh.
Satu kata yang dapat terlontar untuk seorang Cak Inin,
salut. Prestasi yang digoreskan benar-benar menohok kaum muda yang kini masih
berleha-leha tidak berbuat apa-apa. Beliau menyakini suatu mantera yang
didengarnya dari mentor hebat Om Jay, menulislah setiap hari maka lihat apa
yang akan terjadi. Itu diyakini betul dan diterapkan dalam diri Cak Inin sehingga
beliau bisa menghasilkan beberapa buku.
Better late than never, ini adalah ungkapan yang mendorong setiap penulis
yang berusia tidak lagi muda. Kalimat sakti yang mampu memompa api semangat menulis tetap terjaga.
Jangan ragu dan bimbang, apalagi malu atau minder terhadap hasil tulisan. Apapun
bentuk tulisan yang diciptakan, toh nanti juga akan menemukan pembacanya
sendiri. Jika perasaan itu selalu muncul, lha jadinya kapan mau mulai
menulis. Jadi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.