RINDU INI UNTUKMU

 




Sudah 10 bulan proses pembelajaran dilakukan secara jarak jauh atau daring. Semua ini dikarenakan pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pandemi ini telah memporakporandakan semua aspek kehidupan manusia. Salah satu diantaranya adalah dalam bidang pendidikan. Untuk mencegah penularan, para siswa diwajibkan  belajar di rumah.

            Selama itu pula sebagai seorang Pendidik, aku tidak dapat bertemu dengan para anak didikku secara langsung. Aku hanya bisa menatapnya lewat pembelajaran secara virtual melalui aplikasi Zoom atau Google Meet. Itu juga dalam jangka waktu terbatas dan tidak semua anak-anak bisa masuk karena berbagai kendala. Ada yang tidak punya HP, kuota terbatas atau jaringan lemah yang berakibat sinyal tidak bersahabat. Semua itu menjadi penghalang pertemuanku dengan mereka.

            Pagi ini aku tiba di sekolah untuk melaksanakan pembelajaran daring. Sebelum aku masuk kelas virtual, aku berjalan-jalan di sekitar halaman sekolah sambil berjemur sinar matahari. Kulihat pintu-pintu kelas yang tertutup, halamannya penuh debu. Belum lagi kutengok ke dalam kelasnya penuh dengan kebisuan. Kutatap papan tulis yang biasa kugunakan untuk menerangkan pelajaran. Kuamati satu persatu barisan kursi yang berderet rapi membisu. Tak terasa bulir bening menetes membasahi pipi ini. Membayangkan anak-anak yang biasa bercengkrama riuh rendah. Tawa lepas mereka yang kadang membuatku kesal karena tak jarang mereka tidak memperhatikan saatku mengajar.

            Kali ini aku melewati kantin belakang sekolah yang biasanya pada jam istirahat dipenuhi oleh anak-anak yang jajan. Mereka kadang berebut kepada pedagang karena ingin didahulukan pesanannya. Aku bahagia ketika mereka makan begitu lahapnya setelah melewati jam pelajaran yang melelahkan. Aku juga senang manakala para penjual yang ada di kantin memperoleh tambahan penghasilan dari jajanan yang dijajakannya. Namun kini, semua itu sirna. Tak ada gelak tawa mengiringi jam istirahat mereka.

            Usai melihat kantin sekolah, aku naik ke lantai 2 tempat yang biasa digunakan oleh siswa kelas 8. Dari ketinggian bangunan itu, aku melihat ke bawah lapangan basket yang biasa dipakai oleh anak-anak untuk berolahraga. Kali ini lapangan begitu sepi dan lengang. Tak ada teriakan girang karena sudah berhasil memasukkan bola. Tak ada tiupan peluit wasit yang menjerit. Semua itu tak kutemukan lagi. Lapangan olah raga yang multifungsi bisa digunakan untuk upacara Senin pagi atau setiap Jumat menjadi tempat kegiatan readathon yakni membaca buku secara bersamaan, semua itu sirna sudah.

            Belum lagi gerbang sekolah yang biasa digunakan untuk menyambut kedatangan anak-anak di pagi hari. Semua itu menyimpan kenangan, manakala ada beberapa siswa yang terlambat datang. Mereka berlari tergopoh karena takut terlambat. Oh…semua itu kini sirna dan yang ada kini hanya pintu gerbang kokoh sunyi sepi sendiri

            Oh anak-anakku, tak tahukah dirimu bahwa aku ini merinduimu setiap saat. Aku rindu canda tawamu dan celoteh riangmu. Aku juga rindu bercanda, mengobrol atau menepuk pundakmu. Bahkan, aku rindu untuk menegurmu manakala kalian berlaku kurang baik. Aku rindu buat memberimu ilmu pengetahuan. Ya, rindu ini hanya untukmu.

            Nak, kudoakan semoga di masa pandemi ini kalian semua sehat walafiat.  Semakin rajin belajar meski proses pembelajaran jarak jauh. Jangan lupa, turuti nasihat orang tuamu dan berbaktilah pada mereka. Semoga masa pandemi ini cepat berlalu dan kita semua bisa berkumpul kembali seperti dulu. Hanya satu yang kupinta, ingatlah pesan ibu yaitu 3M. Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.