BUBUR AYAM BANDUNG

Dok Om Jay

Sejak kecil saya paling suka makan bubur ayam. Ketika tinggal di Bandung saya sering sarapan pagi dengan menu spesial ini. Namun, sejak pindah tugas ikut suami ke luar kota, saya jarang menemukan bubur ayam Bandung. Di sini saya sering menjumpai bubur ayam yang rasanya beda banget. Bubur ayam di kota ini menggunakan bumbu kunyit sehingga rasanya lain di lidah. Kerupuknya juga berwarna kuning mirip mie. Sungguh beda rasanya  ketika saya menyantap bubur model ini. Karenanya saya jarang membeli bubur ayam di tempat tinggal saya sekarang.

            Pernah suatu kali saya ditawari oleh tetangga depan rumah bubur Manado. Semangkuk penuh bubur panas diantarnya ke kediaman saya. Ibu Monica yang memasak bubur ini sekaligus mengirimi saya semangkuk penuh agar saya mau mencicipi rasanya. Pertama kali melihatnya, saya merasa heran karena segala jenis sayuran tercampur dalam bubur panas itu. Ada labu kuning dan bayam semua bersatu padu dalam satu mangkuk. Rasanya sebagai orang Jawa Barat, bubur ini kurang nendang di lidah alias tidak cocok. Meski menurut dia sangat lezat sekali alias maknyus.

            Bulan lalu, saya berkunjung ke rumah kakak di Bandung. Menu spesial bubur ayam Bandung adalah wajib hukumnya dan tak boleh dilewatkan begitu saja. Pagi-pagi saya sudah nongkrong di depan rumah kakak saya untuk menunggu kedatangan sang penjual bubur ayam yang bernama Mang Asep.

Ting….ting…ting…ting….Dengan mengandalkan kekuatan piring dan sendok, Mang Asep mampu memanggil seluruh penghuni kompleks perumahan hingga mereka berhamburan menghampirinya tanpa dikomando. Satu persatu ibu-ibu kompleks  rela antri untuk menikmati lezatnya bubur ayam Mang Asep.

Kelezatan bubur ayam Mang Asep memang tiada duanya. Buburnya tidak terlalu encer dan sangat gurih. Apalagi ditambah dengan suwiran ayamnya yang banyak, kacang kedelai renyah, daun bawang, cakue dan kerupuk aci serta sambal menambah sedapnya rasa bubur ayam.

Ketika menikmati bubur ayam ini, saya tidak suka makan bubur dengan diaduk. Kalau diaduk-aduk saya membayangkan rasanya seperti tak karuan. Hal itu terbalik dengan kakak saya, dia malah suka kalau buburnya diaduk-aduk sampai tercampur semua termasuk kerupuknya.

Sambil membayangkan lezatnya bubur ayam bandung, tak terasa dalam sekejap bubur ayam Mang Asep ludes diserbu ibu-ibu kompleks. Laris manis tanjung kimpul, bubur habis duit kumpul. Begitu kalimat sakti yang selalu diucapkan Mang Asep ketika jualan buburnya laris manis.

Saya hanya melongo ketika mangkuk masih di tangan dalam keadaan kosong melompong tanpa terisi bubur ayam Bandung karena ludes terjual dan saya tidak kebagian.