BUBUR AYAM BANDUNG
Sejak kecil saya paling suka makan bubur ayam. Ketika
tinggal di Bandung saya sering sarapan pagi dengan menu spesial ini. Namun, sejak
pindah tugas ikut suami ke luar kota, saya jarang menemukan bubur ayam Bandung.
Di sini saya sering menjumpai bubur ayam yang rasanya beda banget. Bubur ayam
di kota ini menggunakan bumbu kunyit sehingga rasanya lain di lidah. Kerupuknya
juga berwarna kuning mirip mie. Sungguh beda rasanya ketika saya menyantap bubur model ini.
Karenanya saya jarang membeli bubur ayam di tempat tinggal saya sekarang.
Pernah
suatu kali saya ditawari oleh tetangga depan rumah bubur Manado. Semangkuk
penuh bubur panas diantarnya ke kediaman saya. Ibu Monica yang memasak bubur
ini sekaligus mengirimi saya semangkuk penuh agar saya mau mencicipi rasanya.
Pertama kali melihatnya, saya merasa heran karena segala jenis sayuran
tercampur dalam bubur panas itu. Ada labu kuning dan bayam semua bersatu padu
dalam satu mangkuk. Rasanya sebagai orang Jawa Barat, bubur ini kurang nendang
di lidah alias tidak cocok. Meski menurut dia sangat lezat sekali alias
maknyus.
Bulan
lalu, saya berkunjung ke rumah kakak di Bandung. Menu spesial bubur ayam Bandung
adalah wajib hukumnya dan tak boleh dilewatkan begitu saja. Pagi-pagi saya
sudah nongkrong di depan rumah kakak saya untuk menunggu kedatangan sang penjual
bubur ayam yang bernama Mang Asep.
Ting….ting…ting…ting….Dengan
mengandalkan kekuatan piring dan sendok, Mang Asep mampu memanggil seluruh
penghuni kompleks perumahan hingga mereka berhamburan menghampirinya tanpa
dikomando. Satu persatu ibu-ibu kompleks rela antri untuk menikmati lezatnya bubur ayam
Mang Asep.
Kelezatan bubur
ayam Mang Asep memang tiada duanya. Buburnya tidak terlalu encer dan sangat
gurih. Apalagi ditambah dengan suwiran ayamnya yang banyak, kacang kedelai
renyah, daun bawang, cakue dan kerupuk aci serta sambal menambah sedapnya rasa
bubur ayam.
Ketika menikmati
bubur ayam ini, saya tidak suka makan bubur dengan diaduk. Kalau diaduk-aduk
saya membayangkan rasanya seperti tak karuan. Hal itu terbalik dengan kakak
saya, dia malah suka kalau buburnya diaduk-aduk sampai tercampur semua termasuk
kerupuknya.
Sambil
membayangkan lezatnya bubur ayam bandung, tak terasa dalam sekejap bubur ayam
Mang Asep ludes diserbu ibu-ibu kompleks. Laris manis tanjung kimpul, bubur
habis duit kumpul. Begitu kalimat sakti yang selalu diucapkan Mang Asep ketika
jualan buburnya laris manis.
Saya hanya melongo
ketika mangkuk masih di tangan dalam keadaan kosong melompong tanpa terisi
bubur ayam Bandung karena ludes terjual dan saya tidak kebagian.