NEDI MURIDKU

 


Aku mempunyai seorang murid laki-laki yang bernama Nedi. Perawakannya kurus  dengan tinggi badan yang cenderung pendek dibanding teman-temannya. Prestasi belajarnya sangat kurang, ditambah dengan jumlah absensi tidak masuk tanpa kabar sampai delapan hari. Dia sering tidak mengerjakan PR yang diberikan gurunya atau bahkan mengabaikan tugas pelajaran lainnya.

Ternyata setelah diselidiki, Nedi berasal dari keluarga kurang mampu. Aku tidak pernah melihatnya jajan atau membeli peralatan sekolah. Terlihat penampilannya yang kumal dengan baju seragam kusut dan kusam kecoklatan . Sepatunya terlihat sobek di bagian bawah, belum lagi tasnya yang hanya berisi buku tulis tipis mungkin tinggal delapan lembar dan sebuah pulpen.

            Bila aku sedang berada di kelasnya dan mengajar para siswa, terlihat Nedi tertidur di mejanya. Tempat duduk yang berada di pojok kelas, membuatnya merasa nyaman untuk sekedar meletakkan kepalanya. Aku sering menegurnya agar tak tertidur di kelas. Namun, teguranku hanya sekilas ia patuhi. Mata kuyunya membuatku merasa iba, tak tega aku membangunkan apalagi sampai membentaknya hingga terbangun.

            Suatu kali, aku berbincang dengannya “Nedi, mengapa kamu sering tertidur di kelas ?” tanyaku. Dengan polosnya ia berkata bahwa setiap hari ia harus membantu orang tuanya mengupas beberapa karung bawang putih dari pukul delapan malam sampai dini hari. “Lha terus waktu belajarnya kapan, kalau setiap malam jadi buruh pengupas bawang,” batinku.