NONTON FILM DI BIOSKOP

 

Tantangan Kamis Menulis di grup WA Komunitas Lagerunal memang benar-benar menantang. Betapa tidak, Admin memberi satu kata dalam Bahasa Indonesia yang jarang digunakan. Kata tersebut adalah lose. Para peserta, termasuk saya dibuat sedikit bingung sehingga saya sibuk mencarinya di KBBI Online. Ternyata arti kata lose di sini adalah kelas yang tertinggi atau terbaik (dalam gedung bioskop dan sebagainya).

            Akhirnya saya memilih untuk menulis tentang pengalaman masa kecil ketika menonton film di bioskop. Waktu itu sekitar tahun 1983 ketika saya sedang memasuki masa remaja yang kata orang adalah masa yang paling indah. Malam minggu yang cerah adalah malam yang sangat ditunggu-tunggu. Mengapa ? Karena saya dan teman-teman bisa pergi beramai-ramai untuk menonton film di bioskop.

            Waktu itu bioskop yang ada di kota saya hanya ada satu yaitu Serbaguna Teather. Pemutaran film dilaksanakan selama 2 kali putaran, yaitu mulai pukul 19.00-21.00 WIB dan yang kedua yakni pukul 21.30 – 23.30 WIB. Usai maghrib loket penjualan tiket mulai dibuka. Meski jam tayang film masih lama, tapi antrian pembeli tiket sudah mengular bahkan sampai berdesak-desakan hingga tak terasa baju banjir keringat. Dengan penuh perjuangan, akhirnya saya sampai di pintu loket. Saya melihat di papan loket tiket tertera harga karcis yang berbeda-beda sesuai dengan isi dompet. Kelas 2 harganya seribu rupiah, kelas 1 dua ribu dan kelas lose lima ribu.

            Setelah berjuang mendapatkan tiket, kini para penonton mulai memasuki ruangan bioskop. Saya dan teman-teman memilih tempat duduk di kelas 2 karena tiketnya paling murah. Kami duduk di barisan kursi paling depan dengan kepala siap pegal dan mata pusing karena melihat layar lebar. Belum lagi kursi yang digunakan, tak jarang membuat bokong saya pegal karena kursi terbuat dari kayu dengan busa tipis. Yang paling enak adalah kelas lose yang berada jauh dari layar bioskop, sehingga film dapat dinikmati. Di kelas lose ini, terlihat penonton didominasi bapak-bapak dan ibu-ibu dengan penampilan yang lebih rapi. Mungkin mereka berasal dari kalangan atas. Istimewanya kelas lose ini, kursinya lebih empuk dan kipas angin lebih banyak sehingga para penonton tidak merasa gerah. Penonton di kelas lose ini juga lebih tertib tidak berteriak-teriak seperti yang di kelas 2 ketika jagoannya kalah atau ada selingan iklan.

            Itulah pengalaman saya ketika masa remaja menonton film di bioskop. Jika dibandingkan dengan sekarang tentu lebih nyaman saat ini. Namun, sensasi menonton film di zaman  itu sungguh sangat saya nikmati. Tragisnya, begitu keluar bioskop paha saya merah bentol-bentol akibat digigit makhluk kecil bernama tumbila penghisap darah.