PENGABDIAN SEORANG GURU
Guru adalah orang
yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
aspek, baik spiritual, emosional, fisikal, intelektual, maupun aspek lainnya. Jika kita menilik definisi di atas secara seksama maka kita akan
menyadari betapa mulianya tugas seorang guru. Ia adalah sosok yang mempunyai
tugas yang sangat berat dan penting, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tugas penting dan tidak ringan tersebut umumnya kita dapati di lapangan, telah
dilakukan guru dengan penuh perasaan cinta, tanggung jawab, dan keikhlasan.
Mereka melakukan pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat,
bangsa, dan negara. Guru melakukannya tanpa paksaan dan tanpa tekanan rasa
ketakutan. Apabila ada seorang guru yang melakukan tugasnya bukan karena rasa
pengabdian tetapi karena keterpaksaan atau karena tekanan rasa ketakutan, maka
guru itu sesungguhnya bukanlah seorang ‘guru’. Ia tidak akan dapat memberikan
kontribusi bagi tujuan mulia pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Selain itu, Guru juga merupakan profesi/jabatan/pekerjaan
yang memerlukan keahlian khusus. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang kependidikan. Hal ini menunjukkan bahwa jabatan guru
adalah profesional karena memerlukan keahlian khusus. Banyak tugas yang harus
dilakukan oleh seorang guru profesional, baik yang terikat oleh dinas, diluar
dinas, maupun dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga
jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas
dalam bidang kemasyarakatan.
Pengabdian seorang guru seringkali bukanlah hal yang mudah dilakukan. Pengabdian seorang guru bahkan kadang-kadang harus diikuti dengan pengorbanan besar. Banyak guru yang mengabdi di tempat-tempat yang terpencil: jauh di puncak-puncak pegunungan, di pulau-pulau kecil di tengah lautan, hingga di antara masyarakat yang masih terasing dari peradaban modern. Seperti contohnya rekan sejawat saya sewaktu bertemu dalam kegiatan lomba INOBEL tingkat nasional. Beliau bertugas di pelosok atau daerah terpencil provinsi Kalimantan Tengah. Ia bertutur bahwa untuk menuju sekolahnya harus melewati jalanan yang rusak dan rimbunnya hutan belantara Kalimantan.
Begitu pula dengan rekan yang bertugas di daerah tepi pantai, banyak anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah karena harus membantu orang tuanya melaut untuk mencari ikan. Ia harus menggunakan speedboat menyebrangi lautan dan datangnya setiap satu jam sekali. Kemudian, banyak guru yang mengabdi di daerah-daerah rawan konflik yang tentu saja dapat membahayakan keselamatan jiwanya dan keluarganya. Acapkali pula demi pengabdiannya, banyak guru terpisah jauh dari keluarga karena harus tinggal di daerah-daerah yang sarana tranpsortasi dan komunikasinya masih sangat sulit dan minim. Rekan sejawat saya yang bertugas di daerah Sumatera, harus naik sampan untuk menuju lokasi sekolah dilanjut berjalan kaki yang lumayan jauh. Atau ada juga yang mengendarai kendaraan bermotor, ia harus melewati jalanan lumpur yang becek dan licin.
Betapa banyak kesulitan yang harus mereka jalani untuk mencapai lokasi
tempatnya bertugas. Tidak sedikit pula guru yang mengabdi tanpa terlalu memperhitungkan besaran
gaji yang mereka terima. Kita tahu, masih banyak guru-guru non-PNS yang gajinya
bahkan sangat jauh di bawah UMR (Upah Minimum Regional) buruh.
Lalu,
jika pilihan hidup untuk mengabdi sebagai seorang guru bukanlah jalan yang
mudah dan mulus untuk dilalui, mengapa hingga sekarang masih banyak orang-orang
yang melakukannya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali memahami
makna sebuah pengabdian. Pilihan hidup menjadi seorang guru apabila dilakukan
dengan tulus ikhlas dan rasa cinta, maka akan membawa seseorang kepada
kebahagiaan yang tentu tidak dapat dinilai dengan materi. Inilah modal terbesar
yang akan membawa seseorang pada kesuksesan dalam menjalani profesi sebagai
seorang guru: pengabdian. Apabila seorang “guru” tidak memiliki rasa pengabdian
yang tulus di dalam dirinya, maka “guru” itu tidak akan dapat bertahan pada
pekerjaannya, dan ia bukanlah seorang guru yang sebenarnya.
Karena seorang guru sejati adalah orang yang mau dan mampu memberikan
dirinya untuk kemajuan pendidikan di tanah air tercinta. Meski halangan dan
rintangan banyak dijumpai , namun dengan senang hati dan senyum nan tulus
ikhlas, ia dapat melampauinya. Bersyukurlah bagi kita sebagai seorang guru yang
bertugas di daerah kota atau lokasi yang mudah dijangkau. Ingatlah pada rekan
sejawat kita yang menunaikan tugasnya jauh di pelosok atau daerah terpencil, namun ia mampu mengabdi pada nusa untuk
mencerdaskan anak bangsa. Semoga.