BELAJAR SERU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

 


Lomba Blog PGRI hari ke-1

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk itu agar guru dapat mengembangkan kurikulum, maka diperlukan adanya pengenalan karakteristik mata pelajaran. Adapun karakteristik mata pelajaran Bahasa Inggris lebih ditekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa belajar bahasa Inggris bukan saja tentang kosakata dan tata bahasa dalam arti pengetahuannya, tetapi harus berupaya menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut kedalam kegiatan berkomunikasi. Dalam belajar bahasa, orang mengenal keterampilan reseptif dan produktif, keterampilan resertif meliputi kegiatan menyimak (listening) dan membaca (reading) sedangkan keterampilan produktif meliputi keterampilan berbicara                 (speaking) dan keterampilan menulis (writing).

Pada pokok bahasan ini, saya ingin membagi pengalaman ketika mengajarkan tentang keterampilan menulis melalui menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar dan kalimat acak menjadi paragraph yang benar. Mengapa hal ini penting diajarkan kepada siswa ? Karena selain materi ini sering keluar pada saat Ujian Nasional, juga siswa masih belum dapat menyusun dengan benar. Mereka belum dapat menentukan susunan kata atau kalimat menjadi paragraph yang padu. Untuk itu saya mencoba menggunakan model pembelajaran Think Pair Share agar siswa dapat lebih memahami materi ini dengan baik. Sebelum kita membahas model pembelajaran ini, mari kita simak apa itu Jumbled Words dan Jumbled Sentences.

            Yang dimaksud dengan Jumbled berdasar pada kamus Inggris Indonesia karangan Jhon M Echols dan Hassan Shadily berarti kumpulan campur aduk atau mencampur-adukkan, sedangkan words adalah kata-kata dan sentences adalah kalimat-kalimat. Jadi Jumbled words  adalah kata-kata yang dicampur-adukkan dan Jumbled Sentences adalah kalimat-kalimat yang dicampur-adukkan. Tugas siswa adalah untuk menyusun kata-kata acak tersebut menjadi kalimat yang benar dan menyusun kalimat-kalimat acak menjadi paragraph yang bermakna. Tetapi pada umumnya siswa kesulitan untuk menyusun kata acak menjadi kalimat yang utuh atau bermakna, hal ini dikarenakan siswa belum menguasai kosa kata dan mereka cenderung belum mengetahui tentang kedudukan atau jabatan suatu kata dalam kalimat. Ada beberapa hal atau ciri yang bisa digunakan dalam menyusun kata menjadi kalimat yang bermakna yakni perhatikan dalam kalimat atau kata acak tersebut terdapat kata tanya atau tidak. Jika ada maka yang pertama kita ambil adalah kata tanya atau kata bantu kemudian diikuti subjek dilanjutkan kata kerja (verb) dilanjutkan dengan kata keterangan tempat dan waktu. Namun jika tidak ada tanda tanya maka subjek adalah yang utama kita letakkan didepan, kemudian jika ada kata bantu (to be,modal auxiliary) baru kita letakkan kata benda atau keterangan. Seperti yang kita lihat dalam contoh kalimat berikut ini :

go – Will – to – you – Bali – week – next - ?

Will you go to Bali next week ?

( karena ada tanda tanya  maka Will sebagai kata bantu /modal )

Agar siswa lebih memahami dan mengerti tentang materi ini, maka saya memilih model pembelajaran Think Pair Share. Menurut Trianto (2007 : 61) model ini dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut :

1.      Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri ketika mencari tahu jawaban dari soal tersebut.

2.      Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa  untuk duduk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Guru memberi waktu sekitar 5 menit untuk mendiskusikan dan menyatukan jawaban masing-masing.

3.      Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru menimta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas atau mendiskusikannya secara pleno melalui presentasi kelas.

Terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa menjadi lebih semangat belajar dengan motivasi tinggi. Hingga tak terasa waktu sudah mendekati jam atau bel pulang, para siswa masih antusias mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris.

Model pembelajaran ini saya praktikka ketika sebelum masa pandemi Covid-19, dan proses pembelajaran masih tatap muka di kelas.