LIKA LIKU PERJALANAN SANG PENGAJAR PRAKTIK (2)

 

LIKA LIKU PERJALANAN SANG PENGAJAR PRAKTIK

 (2)

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya hari yang dinantipun tiba. Sungguh tak sabar aku ingin secepatnya mengetahui apakah aku lulus atau tidak untuk tahap pertama ini. Aku ambil laptop dan segera kubuka SIMPKB. Tanganku terasa gemetar ketika laman itu terbuka. Sungguh tak sabar aku ingin segera mengetahuinya. Dadaku berdegup kencang manakala netra ini melihat namaku tertera dalam daftar kelulusan tahap pertama. Sungguh aku tak menduga bahwa aku bisa melampaui tantangan yang begitu berat. Menulis essay yang tak sedikit jumlah karakternya dan mengunggah berkas yang tak mudah. Aku bersyukur pada Tuhan atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga aku bisa melampaui tahap pertama ini. Kini aku tinggal menunggu jadwal simulasi mengajar dan wawancara. Semoga di tahap kedua ini aku bisa melewatinya.

Setelah mendapat informasi tentang jadwal simulasi mengajar, maka aku segera mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Meski aku tidak tahu pola simulasi yang bagaimana yang harus aku tunjukkan, aku tetap menyiapkan materi pembelajaran yang hendak kusampaikan. Panduan simulasi mengajar di kelas yang diberikan, aku pelajari dengan seksama.

Aku masih ingat ketika jadwal itu tiba. Aku memutuskan untuk melakukan simulasi di sekolah. Pada waktu itu masih musim pandemi sehingga para murid melaksanakan pembelajaran jarak jauh di rumah masing-masing. Sekolah terasa sangat sepi. Awalnya aku merasa bingung bagaimana caranya harus mengambil gambar saat simulasi. Tepat pada pukul 08.00 aku buka laptop dan langsung menuju link GoogleMeet yang sudah diberikan oleh asessor. Ada dua asessor yang mengujiku. Mereka meminta aku untuk memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Setelah itu mereka memberi instruksi padaku agar aku menyampaikan simulasi hanya dalam waktu 10 menit. Semua sudah termasuk pembukaan, inti dan penutup. Mereka juga melarangku untuk tidak merekamnya ke dalam video.

Setelah semua arahan aku pahami, kini tibalah saatnya aku beraksi. Aku seolah-olah sedang menghadapi pada murid di kelas. Padahal kenyataannya, di depanku hanya ada laptop dengan dua asessor yang menilaiku. Alat peraga yang kusediakan semaksimal mungkin aku gunakan sehubungan dengan waktu yang sangat singkat.

Akhirnya waktu yang sudah ditentukan habis. Aku harus segera mengakhiri simulasi mengajar. Usai simulasi, para asessor mengajukan beberapa pertanyaan padaku sehubungan dengan jalannya simulasi yang baru saja kulakukan. Awalnya aku sangat gugup saat mereka memberiku pertanyaan yang berbobot. Namun, segera aku dapat menguasai diri. Aku jawab semua pertanyaan mereka dengan tenang dan penuh percaya diri. Aku sampaikan buah pikiran dan perasaanku pada waktu itu dengan apa adanya. Benar-benar natural tanpa dibuat-buat atau direkayasa.

Waktu 30 menit sungguh terasa sangat panjang saat itu. Betapa tidak, aku sangat gugup saat berada di depan kamera laptop dengan dilihat oleh Tim Penilai dari Kemendikbud itu. Akhirnya, waktupun berlalu. Para asessor segera menyelesaikan tugasnya dengan mengakhiri sesi simulasi ini. Aku berpikir ini terasa sangat berat karena inilah kali pertama aku dihadapkan dengan ujian seperti ini.

Ahhh…..sekarang aku bisa bernapas lega karena tantangan kedua sudah bisa aku lewati meski aku sendiri tak tahu hasilnya bagaimana. Segera aku membereskan alat peraga yang kubawa dan menutup laptopku. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba muncul Bapak Kepala Sekolah. Beliau menanyakan tentang proses simulasi yang baru saja aku lakukan. Setelah beberapa saat berbincang dan menceritakan proses jalannya simulasi, beliau mendoakanku semoga sukses dan lulus di tahap kedua ini.

Tak terasa waktu beranjak siang, aku segera berpamitan kepada Bapak Kepala Sekolah. Aku berjalan menuju gerbang sekolah dan segera menemui suamiku yang saat itu sudah siap menjemputku untuk pulang ke rumah.

Sungguh hari ini terasa berat tapi sekaligus menyenangkan karena di satu sisi aku sudah bisa melewati tantangan kedua ini dengan penuh semangat dan percaya diri. Namun, kebahagiaanku belum berhenti sampai di sini karena masih ada satu tantangan lagi yang harus aku lalui yakni sesi wawancara. Bagaimana kelanjutan kisahku ini saat menghadapi para asessor pada tes wawancara ? Silakan ikuti esok hari.