LIKA LIKU SANG PENGAJAR PRAKTIK (1)
Begitu mendengar pengumuman
dibukanya Program Pendidikan Guru Penggerak di daerahku, aku sangat antusias
untuk mengikutinya. Betapa tidak, aku ingin sekali mendapat banyak ilmu dari
program tersebut. Adapun daerahku menjadi wilayah sasaran untuk angkatan 3.
Segera aku mencari tahu informasi lengkap di internet. Setelah melahap habis
berbagai tulisan maupun artikel tentang program tersebut. aku merasa
tercerahkan. Sungguh aku begitu tertarik dengan hal ini. Apalagi membaca
testimoni dari para alumni angkatan sebelumnya, aku langsung beraksi. Aku
yakin, program ini sungguh sangat bagus dan sayang jika aku lewatkan begitu
saja. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini yang mungkin tak akan datang untuk
kedua kalinya.
Segera tanpa pikir panjang,
aku menyiapkan berbagai dokumen yang sekiranya dibutuhkan saat pendaftaran. Benar
saja, tak lama kemudian saat yang dinanti pun tiba. Pendaftaran untuk Program
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 sudah dibuka. Segera aku buka laptop dan
mencarinya di SIMPKB. Aku pelajari dengan seksama tata cara pendaftaran dan
persyaratan yang harus kupenuhi. Perlahan tapi pasti aku scroll terus
dan terus krusor laptopku karena aku tak mau ada informasi yang terlewat atau
bahkan hilang dari tangkapan inderaku. Aku pelajari halaman demi halaman dengan
seksama dan sangat hati-hati.
Setelah yakin informasi
itu aku baca semua, maka aku berketetapan hati untuk mendaftar sebagai calon
Guru Penggerak di Angkatan 3 untuk daerah sasaran Kabupaten Karawang.
Sebelumnya aku meminta izin terlebih dahulu kepada Bapak Kepala Sekolah untuk
mendaftar pada program ini. Tentu saja beliau sangat senang dan sangat
mendukung agar aku segera mendaftar jauh hari sebelum masa pendaftaran ditutup.
Keesokan harinya, dengan penuh semangat kubuka
laptopku dan segera menuju laman SIMPKB ku. Namun, betapa terkejutnya aku
manakala aku klik Guru Penggerak tidak bisa dibuka. Malah di sana tertulis aku
disarankan untuk mendaftar sebagai Pengajar Praktik karena usiaku sudah
melewati batas 50 tahun. Ya ampun, ternyata ada persyaratan batas usia untuk
program ini, padahal aku sangat antusias untuk bisa menjadi seorang calon guru
penggerak jika lulus nanti.
Setelah lama berpikir
keras, aku harus segera mengambil keputusan. Awalnya aku ragu untuk mendaftar
sebagai Pengajar Praktik. Betapa tidak, aku sama sekali tak mengetahui apa yang
harus kukerjakan nanti. Aku juga takut jika nanti tak bisa melaksanakan tugasku
ini dengan baik. Banyak pertanyaan di benakku hilir mudik kian kemari membuat
aku semakin pusing dan ragu untuk meneruskan proses pendaftaran ini.
Namun, keraguanku ini
sirna manakala Bapak Kepala Sekolah dan Ibu Pengawas Pembina di sekolahku
mendorongku untuk terus maju dalam proses pendaftaran sebagai calon Pengajar
Praktik atau di angkatan sebelumnya disebut sebagai Pendamping.
Pada malam harinya di
rumah, segera aku buka kembali SIMPKB ku dan dengan penuh keyakinan aku klik
pendaftaran sebagai calon Pengajar Praktik. Tak lama kemudian di laman tersebut
muncul banyak pertanyaan dalam bentuk essay yang harus aku jawab.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya satu atau dua soal, melainkan cukup
banyak. Belum lagi tiap pertanyaan ada beberapa sub yang harus aku jawab juga. Aku
mencoba menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan keadaan dan pengalamanku
selama menjadi guru. Di sini aku benar-benar bersyukur karena aku dapat
menuliskan setiap jawabanku secara runut. Tidak tanggung-tanggung dalam setiap
kolom jawaban harus berisi ratusan bahkan ribuan karakter atau huruf. Aku juga
bersyukur karena setelah mengikuti berbagai pelatihan menulis, hasil tulisanku
tidak terlalu mengecewakan. Aku menuliskan kata demi kata serta kalimat demi
kalimat dengan lancar dan mengalir seperti aliran sungai. Aku ceritakan semua
pengalamanku saat mengajar atau ketika mengikuti pengembangan diri dan terlibat
dalam organisasi profesi seberti MGMP atau organisasi guru lainnya. Semua
kutulis apa adanya alias tak ada rekayasa. Pun juga tulisanku sangat sederhana
dan sangat mudah dipahami dengan menggunakan gaya bahasa yang tak dibuat-buat. Belum
lagi aku harus unggah beberapa berkas yang menyatakan bahwa benar aku seorang
guru.
Akhirnya, meski rasa
lelah mendera karena sang indera penglihatan harus terus fokus ke layar laptop,
selesai juga semuanya. Namun, jari-jari ini mulai terasa pegal karena harus
menari-nari di atas tuts laptop. Belum lagi sang kepala harus terus berputar
mencari ide untuk menjawab semua pertanyaan yang kadang membuat pundak ini
terasa berat. Kedua kaki juga nampaknya sudah meminta jatah untuk sejenak
diluruskan karena sang mata kaki sudah terihat agak bengkak akibat posisi duduk
yang agak menggantung.
Semoga semua
perjuanganku ini membawa hasil yang paling baik, agar apa yang kuimpikan
menjadi kenyataan. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa pada Tuhan agar Dia
mengabulkan semua permohonanku demi kemajuan pendidikan di tanah air. Terlebih
aku ingin agar di sekolahku juga semakin maju baik guru-gurunya maupun para
murid.
Bagaimana
kisahku selanjutnya ? Apakah setelah mengunggah berkas dan mengisi essay aku
dinyatakan lulus tahap 1 ? Ikuti dalam kisahku ini esok hari.