SCRALIMB PEMBUKA PINTU REZEKI (1)
Pengalamanku ini bermula pada kedatangan dua orang
siswa berseragam putih abu. Mereka menghampiriku untuk menyerahkan sebuah
surat. Setelah mereka pulang, segera kubuka surat bersampul cokelat itu lalu
kubaca. Ternyata isinya adalah undangan untuk mengikuti Scrabble Competition
antar SMP se-Kabupaten Karawang. Kulihat jadwal pelaksanaan lombanya ternyata
masih cukup lama. Aku berpikir inilah kesempatan buat siswaku untuk mengikuti
lomba ini.
Bergegas
aku menuju ruang Kepala Sekolah untuk memperlihatkan dan meminta persetujuan
beliau agar diizinkan mengikuti kegiatan ini. Benar saja, sesaat setelah
kuberitahu beliau langsung menyetujui dan menyuruhku untuk mempersiapkan segala
sesuatunya.
Keesokan
harinya, aku berdiskusi dengan rekan sejawatku. Ada tiga guru Bahasa Inggris
yang kuajak berbincang. Mereka begitu antusias menyambut kabar ini. Segera kami
menyusun rencana agar semuanya dapat berjalan dengan baik dan sukses terlebih bisa
memenangkan lomba ini. Namun, setelah beberapa hari berlalu kami belum mendapat
ide bagaimana caranya mengajarkan permainan Scrabble ini pada anak-anak.
Ketika
berlangsung jam pelajaranku di kelas, aku mengumumkan bahwa aka nada lomba
Scrabble. Mendengar penuturanku para siswa bersorak sorai gembira. Mereka ingin
mengikutinya sekaligus memenangkannya. Namun, iseng-iseng aku menanyakan pada
para siswa tentang permainan Scrabble.
“The students, have you ever heard about Scrabble
?” tanyaku
“Not yet, Mrs Min,” jawab Anita si jago Bahasa
Inggris di kelas IX Mipa1
“Ok, wait a minute ! I will show you about it, “
sahutku
Mendengar
penuturan siswa yang belum mengetahui permainan ini, hatiku agak sedih juga. Padahal
melalui permainan ini dapat melatih kosa kata atau vocabulary dalam Bahasa
Inggris. Alat ini juga sangat membantu para siswa agar mempunyai kosa kata lebih
banyak.
Tak lama kemudian
aku mengambil seperangkat alat permainan scrabble dari atas mejaku di kelas itu
lalu memperlihatkannya kepada para siswa. Alat ini dulu aku beli ketika sedang
berkunjung ke rumah kakakku di Bandung, lalu aku mendapatkannya di sebuah toko
buku besar di kota itu. Harganya lumayan mahal juga bagi kantongku. Tapi karena
suka maka tak segan aku langsung membayarnya di kasir.
Melihat benda yang
aku pegang, segera para siswa mendekatiku untuk melihat lebih dekat. Lalu aku
meletakkannya di salah satu meja siswa yang duduk di depan dan segera mengeluarkan
satu persatu. Melihat hal ini, para siswa semakin penasaran ingin segera
bermain. Maklum sekolah kami bukanlah sekolah yang berada di kota besar,
melainkan lokasinya berada di tengah padat penduduk dan berdekatan dengan
pasar.
Sebelum memulai permainan
ini, aku menjelaskan terlebih dahulu fungsi dari masing-masing alat ini. Namun,
sebelumnya aku juga menjelaskan apa itu Scrabble agar para siswa paham. Kemudian
fungsi dan manfaatnya dan yang terakhir cara bermainnya. Para siswa terlihat begitu
antusias mendengarkan penjelasanku. Namun, belum juga sampai pada tahap permainan
bel istirahat keburu berbunyi. Terdengar ungkapan rasa kecewa dari bibir
mereka.
Bersambung.